:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2296462/original/039523200_1533016463-jafro_megawanto.jpeg)
Jarak dari rumah ke tempat latihan sering Jafro tempuh menggunakan ojek. Saat itu, ia belum memiliki sepeda motor. Ongkos pulang pergi yang lumayan membuat kedua orangtua Jafro kewalahan. Mereka sempat meminta Jafro untuk berhenti latihan paralayang.
Jafro tentu sedih, tetapi ia mengerti kondisi keluarganya. Alih-alih mengubur mimpi jadi atlet paralayang, Jafro justru semakin giat berlatih. Seperti kata pepatah bahwa usaha tak akan pernah mengkhianati hasil, usaha keras Jafro diganjar berbagai medali kejuaraan.
Di level nasional, Jafro menyumbang 1 emas untuk Jawa Timur dalam PON 2016 di Jawa Barat. Kemudian setahun setelahnya, ia menjadi yang terbaik dalam Kejuaraan Nasional di Wonogiri.
Pada 2017 lalu, Jafro Megawanto bertanding kali pertama di luar negeri, tepatnya dalam ajang Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC). Dalam ajang yang berlangsung di Kanda itu, ia keluar sebagai juara 2. Perlu diketahui, saat itu ia adalah pendatang baru. Sementara lawannya adalah pilot-pilot paralayang yang sudah memiliki jam terbang tinggi.
Namun, status rookie tak lantas membuatnya minder. Justru ia buktikan kepada dunia bahwa tidak ada yang tak mungkin jika terus berusaha dan memiliki tekad yang kuat. "Ya untuk kali pertama pasti ngeri. Normal. Tapi, lama kelamaan saya menikmati penerbangan dan akhirnya asyik juga," kata Jafro saat ditanya bagaimana suasana di atas sana bersama parasut.
https://www.liputan6.com/bola/read/3605653/mimpi-emas-asian-games-2018-mantan-tukang-lipat-parasut
No comments:
Post a Comment